Tema Simposium
Pelayanan Kaum Muda V
“Missing Worship”
Latar
Belakang
Ibadah
komunal adalah aktifitas yang menjadi sentral dalam kehidupan berjemaat, demikian juga halnya dalam pelayanan
kaum muda. Banyak gereja-gereja tradisional menyelenggarakan ibadah kaum muda
yang terpisah dari jemaat umum, artinya dalam waktu dan tempat yang khusus
bahkan dengan warna yang berbeda dari ibadah umum yang dilakukan untuk jemaat
dewasa. Beberapa alasan praktis ditemukan menjadi latar belakang penyelenggaraan
ibadah kaum muda yang terpisah, diantaranya adalah: kaum muda lebih senang
dengan lagu-lagu dan musik kontemporer daripada lagu-lagu rohani tradisional
seperti himne, dan cara ini diyakini bisa mempertahankan mereka untuk tidak
meninggalkan gereja.
Namun
demikian dalam pengamatan sering kali kita menemukan bahwa pola ibadah dan
jenis musik yang kontemporer ini tidak serta merta diikuti oleh semangat dan
kegairahan kaum muda di dalam beribadah. Kenyataannya sering kali ditemui bahwa
semangat musik kontemporer dan gairah pemimpin puji-pujian tidak membawa jemaat
kaum muda ke dalam ibadah yang hidup dan menggerakkan mereka. Bahkan upaya yang
besar untuk membuat ibadah itu relevan dengan kaum muda, seperti setting panggung, penataan cahaya,
penggunaan multimedia dan sound system
yang baik, tidak juga membuat kaum muda mengalami kegairahan di dalam ibadah. Upaya-upaya
tersebut justru menyeret mereka menjauh dari esensi ibadah itu sendiri yang
seharusnya membuat mereka mengalami perjumpaan dengan Allah. Ibadah kaum muda
tidak membuat kaum muda mengalami Allah yang dinyatakan dalam lagu-lagu,
pembacaan Firman Tuhan, Doa, Khotbah dan aktifitas lainnya. Ibadah menjadi
sekedar rentetan nyanyian yang dikemas dalam nuansa populer, yang membuat
sekilas ibadah itu lebih mirip pertunjukan musik ketimbang ibadah. Dampak
ibadah seperti ini nampaknya hanya sesaat tetapi tidak secara kuat menumbuhkan
komitmen kaum muda untuk menjadi murid, melayani, dan mengenal Tuhan lebih
dalam. Untuk itu para pengerja pelayanan kaum muda perlu diingatkan kembali dan
belajar apakah hal-hal yang esensial di dalam ibadah kaum muda, kemanakah
seharusnya arah ibadah kaum muda dan apakah yang sesungguhnya dapat di bangun
lewat ibadah kaum muda itu sendiri.
Tema
Plenary:
The Portrait of Contemporary
Youth Worship – Astri Sinaga
Memaparkan kondisi ibadah kaum muda di
beberapa gereja tradisional khususnya di Jakarta, aspek-aspek yang terlibat di
dalam ibadah, kedudukannya di dalam gereja secara keseluruhan dan masalah-masalah
yang muncul di sekitar kondisi ini.
The Heart of Worship – Andreas
Himawan
Kaum muda zaman ini yang banyak
dibentuk oleh budaya entertainment sering
kali mengalami kesulitan untuk memusatkan hati mereka kepada Allah di dalam ibadah.
Kondisi ini membuat pelayan kaum muda akhirnya terseret untuk membuat ibadah
kaum muda sedemikian rupa sehingga dapat dinikmati dan menyenangkan.
Kemeriahan, hiruk pikuk, dan emosi dianggap menjadi indikator positif suatu
ibadah yang hidup, padahal pusat suatu ibadah komunal bukan berangkat dari
hal-hal seperti itu. Sesi plenary ini akan membukakan konsep Teologis dan
Biblis yang mendasari suatu ibadah komunal, sehingga peserta mengerti pusat
penyembahan kita di dalam ibadah, dan sikap mendasar yang harus dimiliki kaum
muda ketika masuk dalam ibadah komunal.
Essential
Elements of Worship – Yunatan Utomo
Ibadah kaum muda sering kali dikemas
dengan model yang sangat populer, mulai dari setting panggung, tata cahaya, multimedia dan sound system. Kemasan-kemasan ini nampaknya menjadi unsur-unsur
yang dianggap harus ada, paling tidak dipercaya sangat dibutuhkan oleh kaum
muda. Apakah sesungguhnya elemen yang esensial di dalam suatu ibadah sehingga
ibadah itu menjadi suatu perjumpaan kita dengan Allah dan sesama orang percaya?
Sesi ini membukakan elemen-elemen yang ada dalam ibadah yang merupakan hal yang
esensial, sehingga peserta memahami dengan benar dan dapat membedakan hal-hal
yang memang esensial dan mengandung makna teologis, dan hal-hal yang sebenarnya
merupakan tambahan dan menurut zaman dan budaya akan terus mengalami perubahan.
Tema Kapita Selekta:
Worship
as the Story of God – Fandy Tanujaya
Menjelaskan kepada peserta bahwa ibadah
komunal sesungguhnya adalah wahana di mana seseorang secara individual dan
komunal mengalami kisah Allah di dalamnya. Di dalam ibadah komunal, seseorang
seharusnya dapat mengidentifikasi dirinya di hadapan Allah, mengalami
pengalaman bersama, dan mendengar Allah berbicara, sehingga ibadah itu menjadi
sesuatu yang berpusat pada penyataan Allah itu sendiri. Melalui sesi ini
peserta mendapatkan masukan penting bagaimana “Story of God” yang terpenetrasi dalam setiap bagian di dalam ibadah
membentuk identitas individual dan komunal orang percaya di hadapan Tuhan.
Worship as a Disciple Making –
Irwan Hidajat
Banyak studi memperlihatkan bahwa
keterlibatan kaum muda dalam ibadah komunal akan mendorong pertumbuhan kehidupan
rohani seseorang. Lagu, doa dan aktifitas lainnya di dalam ibadah sebenarnya
dimaksudkan untuk membangun kehidupan seseorang di dalam mengenal, memahami dan
menghayati iman percaya mereka. Sesi kapita selekta ini menjelaskan kepada
peserta hubungan yang tidak terpisahkan antara ibadah komunal dengan identitas
seorang murid Kristus. Peserta diharapkan mengerti bahwa keterlibatan seluruh
jemaat kaum muda yang meresponi Allah di dalam ibadah juga adalah wahana
pertumbuhan seorang murid.
Worship as Relationship –
Hendro Lim
Menjelaskan kepada peserta bahwa di
dalam ibadah terjadi relasi yang bukan hanya bersifat vertikal antara Allah dan
manusia, juga yang bersifat horizontal antara manusia dengan sesamanya. Mengapa
dan bagaimanakah hal ini terjalin dan dibentuk lewat ibadah komunal? Kedua
relasi ini seharusnya terbangun sebagai satu kesatuan dan seseorang tidak bisa
menekankan yang satu lebih dari yang lain. Ibadah kaum muda seharusnya bukan
hanya menciptakan kerumunan atau “crowd”
tanpa terjalinnya suatu relasi yang membentuk komunitas orang percaya yang
sudah ditebus di dalam Kristus. Dengan demikian diharapkan peserta memahami
bahwa di dalam ibadah komunal, seseorang bukan hanya mengalami Allah, tetapi
terbangun juga suatu komunitas dengan sesama.
Tema
Workshop:
Worship and Creative Art –
Yunatan Utomo & Cristin Logo
Kaum muda zaman ini mengalami
pengalaman ibadah dengan cara yang berbeda dari generasi pendahulunya. Cara
berpikir yang telah banyak dipengaruhi multimedia, multi makna, dan keragaman,
membuat mereka membutuhkan pengalaman ibadah dengan dinamika yang tinggi. Seni,
yang dalam sejarah kekristenan pun selalu berada dekat dengan ibadah komunal,
adalah unsur penting bagi ibadah kaum muda. Bagaimana seni dapat digunakan di
dalam ibadah komunal sehingga elemen-elemen di dalam ibadah itu justru menjadi
lebih hidup, kontekstual dan membantu jemaat beribadah mengalami Tuhan dengan
nyata. Seni itu sendiri sesuatu yang sangat luas di dalam ibadah, tidak
terbatas hanya pada seni musik, tetapi juga seni peran, sastra, seni suara,
seni rupa, dan lainnya. Diharapkan peserta dapat memiliki ide-ide baru untuk
memakai seni dengan lebih luas di dalam desain ibadah komunal mereka.
Worship and Preaching – Astri
Sinaga & Hendro Lim
Kaum muda saat ini mendengar khotbah
dengan cara yang berbeda dari generasi sebelumnya. Kemampuan konsentrasi yang
semakin pendek, minat yang semakin pudar terhadap hal-hal yang rohani membuat
berkhotbah untuk kaum muda menjadi tantangan tersendiri. Di dalam ibadah
komunal, khotbah kepada kaum muda tidak boleh bergeser dari sentralitas
pemberitaan Firman Tuhan. Namun demikian pengkhotbah juga harus engage atau dapat mengkomunikasikan
khotbahnya dengan aktual kepada pendengarnya. Sesi ini akan memberikan
kesempatan kepada peserta mengenal bentuk-bentuk khotbah yang relevan untuk
kaum muda.
Worship and Worship Leading –
Fandy Tanujaya & Richan
Seorang pemimpin ibadah pada dasarnya
adalah seseorang yang memimpin umat untuk mengalami pengalaman perjumpaan
dengan Allah. Namun kemasan-kemasan populer di dalam ibadah komunal kaum muda sering
kali membuat peran pemimpin ibadah atau worship
leader menjadi sesempit pemimpin puji-pujian atau sekedar memimpin jemaat
untuk bernyanyi. Bahkan sesungguhnya jemaat hanya mengikuti musik yang
dimainkan dan singer yang bernyanyi.
Jemaat tidak lagi “dipimpin” oleh seorang pelayan ibadah yang membantu
mendorong, memotivasi, mengarahkan dan mengartikan pengalaman-pengalaman yang
terjadi sepanjang ibadah berlangsung, melainkan dipimpin oleh “musik” yang
bergulir dari satu lagu ke lagu yang lain. Sesi ini akan mengajak peserta
kembali kepada esensi peran seorang pemimpin ibadah dan bagaimana seorang
pemimpin ibadah bersama dengan pelayan musik dapat membawa jemaat untuk
beribadah dengan benar.
0 komentar:
Posting Komentar