SIMPOSIUM PELAYANAN KAUM MUDA KE 4
Latarbelakang
Dalam suatu wawancara dengan 18 rohaniwan atau Pembina Rohani
kaum muda yang melayani di gereja-gereja berlatar belakang Injili – Tionghoa,
ditemukan beberapa tantangan yang dialami oleh pelayanan kaum muda. Ada tiga
tantangan atau hambatan besar yang seringkali membuat frustasi sehingga membuat
terjadinya stagnasi dalam diri Rohaniwan dan pelayanan itu sendiri. Pertama,
kaum muda di zaman ini memiliki kehidupan yang terlalu kompleks, kebanyakan
mereka tidak memiliki minat dalam kehidupan rohani sehingga Pembina Rohani
seringkali merasa tidak punya cukup kemampuan untuk melayani mereka. Kedua,
sistem Gereja umumnya tidak memberikan ruang yang cukup bagi seorang Pembina
Rohani kaum muda dalam menjalankan dan mengembangkan pelayanan kaum muda yang
dinamis dan kreatif. Ketiga, ada berbagai masalah pribadi yang terdapat di
dalam diri Pembina Rohani itu sendiri, mulai dari pergumulan pribadi sampai
tidak adanya visi bahkan minat kepada dunia kaum muda.
Tantangan-tantangan tersebut membuat banyak Pembina Rohani
kaum muda menjadi frustrasi dan merasa terhambat, sehingga sampai pada satu
titik, tidak tahu lagi harus berbuat apa. Betapa pun besarnya tantangan yang
datang dari luar atau dari dalam diri seorang Pembina Rohani kaum muda, entah
itu dikarenakan rumitnya sistem gereja, kerasnya perlakuan para pemimpin Gereja
kepada mereka dan kompleksnya pelayanan kaum muda itu sendiri, nampaknya
seluruh masalah dalam pelayanan kaum muda akan bermuara kepada diri pelayan atau
youth pastor/youth worker itu
sendiri.
Pembina Rohani kaum muda tidak bisa lagi dipandang sebagai
pelayanan yang mudah sehingga siapa saja bisa melakukannya, hal ini dikarenakan
dunia kaum muda di zaman ini jauh lebih rumit jika dibandingkan dengan dunia
kaum muda tiga sampai empat dekade yang lalu. Tidak cukup hanya menjadi orang
muda untuk bisa melayani kaum muda, atau sekedar pandai bergaul dan memiliki
kepribadian yang terbuka, supaya bisa diterima atau mendapat tempat di hati
kaum muda. Kompleksitas pelayanan kaum muda hari ini sangat membutuhkan seorang
Youth Worker yang lebih dari sekedar
pribadi yang dinamis, pandai bergaul dan punya gelar teologi. Lalu seperti
apakah seharusnya karakteristik seorang Youth
Worker di Indonesia yang ketika menghadapi tantangan tersebut tetap dapat
bertahan bahkan mengatasinya sehingga menjadi efektif dan tetap dapat terus
berkarya? Tentu hal ini terkait erat dengan kegairahan, visi dan arah yang
jelas, serta keterampilan membaca zaman. Semua itu harus dibangun dalam diri
seorang pelayan yang tidak terlihat secara langsung oleh jemaatnya, namun dapat
dirasakan secara nyata. Ketika seorang Youth
Worker ada bersama dengan kaum mudanya dalam berelasi, atau ketika
berkhotbah, mengajar dan memimpin, seharusnya ada suatu proses yang tidak
terlihat tetapi terus terbangun dalam diri seorang Pembina Rohani kaum muda.
Bagian yang tidak terlihat namun terus bergerak itulah yang disebut ‘subversive.’
Simposium Pelayanan Kaum Muda ke IV yang diadakan pada
tanggal 25-26 Mei 2015 di STT Amanat Agung Jakarta kali ini akan memfokuskan
kepada profil seorang Pembina Rohani kaum muda dengan tema “The Subversive Youth Workers.”
TEMA
PLENARY:
1. Jesus the
Subversive
Plenary pertama ini akan mengeksposisi kehidupan pelayanan
Yesus yang dapat menjadi dasar berpikir Biblis tentang makna subversive.
Pelayanan Yesus melibatkan cara-cara yang sederhana seperti penyampaian lewat
perumpamaan, metafora, untuk menyatakan Injil dan juga kemerosotan hidup rohani
namun menggoncang banyak sisi dan tatanan masyarakat mulai dari bawah sampai
kepada pemuka agama. Seluruh kehidupan
Yesus, bahkan sampai matiNya, yang dicatat dalam Alkitab memperlihatkan
cara-cara yang subversive.
Pembicara: Pdt. Armand Barus, PhD.
2. The
subversive youth workers
Plenary ini memaparkan pola pikir subversive sebagai mind setting seorang pelayan kaum muda
dalam menjalani pelayanannya. Bagaimanakah “subversive” sebagai suatu mind
setting akan mempengaruhi seorang youth worker dalam membawa dirinya dalam
pelayanan. Apakah asumsi-asumsi yang harusnya dimiliki oleh seorang pelayan
yang subversive dan bagaimana hal itu terlihat dalam karakteristik seorang
pelayan kaum muda yang subversive.
Pembicara: Astri Sinaga, MTh.
3. Dead youth
workers walking: Between Vanity and Naivete
Seorang pelayan yang subversive tidak akan ada di dua sisi
ini yaitu kesia-siaan dan kenaifan. Seorang youth worker yang subversive tidak
akan melihat penting pencapaian-pencapaian yang bersifat spektakuler entah itu
popularitas, punya masa yang besar, ataupun program yang hebat . Seorang youth
worker yang subversif juga tidak akan secara naif hanya memandang komunitas
kaum muda nya adalah kumpulan yang baik-baik saja dan berhenti melakukan
pembaharuan. Pada kedua sisi inilah
muncul sisi gelap seorang pelayan kaum muda yaitu kesombongan, penyalahgunaan
kuasa, kemalasan, pengabaian, dan Justru ketika seorang pelayan kaum muda ada
di kedua sisi ini sesungguhnya dia sedang menjalankan pelayanan yang tidak
membawa kaum muda kemana-mana melainkan berputar putar tanpa arah dan akhirnya
menemukan stagnasi.
Pembicara: Hendro Lim, M.Div
4. The
subversive spirituality of youth worker
Plenary ini akan menjelaskan bagaiman kehidupan spiritual
seorang pelayan akan menjadi kekuatan yang mendorong dirinya untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan
di sekitarnya dan tidak membiarkan adanya status quo dalam pelayanan.
Bagaimanakah disiplin yang perlu dibangun oleh seorang pelayanan untuk
menumbuhkan spiritualitas yang bersifat subversive.
Pembicara: Alex Nanlohy, M.A
TEMA-TEMA
KAPITA SELEKTA: The tools for the subversives
1. Reading the
sign post of Youth Ministry
Seorang pelayan kaum muda harus dapat membaca dan memaknai
konteks jaman yang ada dihadapannya. Kemampuan ini bukan hanya untuk dapat
bertahan dalam menghadapi perubahan-perubahan tapi juga untuk mengantisipasi
datangnya perubahan. Bagaimana membangun kompetensi ini dan berbagai cara
praktis untuk membaca kebutuhan kaum muda?
Pembicara: Yoseph Kurniawan, M.Div
2. Evaluating
your youth ministry
Seorang Pelayan kaum muda harus dapat dengan kritis menilai
dan mengukur apa yang sudah dilakukannya di dalam pelayannya. Kegiatan
meng-evaluasi adalah bagian penting untuk memikirkan langkah mutakhir sebuah
pembaharuan, untuk itu seorang pelayan kaum muda perlu diperlengkapi dengan
ketrampilan mengevalusi kondisi pelayanannya supaya mendapatkan potret yang
sesungguhnya.
Pembicara: Pdt. Irwan Hidajat, STh, MPd.
3. Implementing
innovation in Youth Ministry
Memiliki ide besar dan segar adalah suatu hal penting, tapi
bagaimana berstrategi untuk mendifusikannya adalah hal yang lain. Seorang
pelayan kaum muda yang kreatif dan inovatif seringkali gagal justru dalam
mengimplementasikan inovasinya. Untuk itu perlu kemampuan dan ketrampilan dalam
mendifusikan suatu inovasi dalam pelayan kaum muda.
Pembicara: Astri Sinaga, MTh
FOCUS GROUP:
Let’s face your problems
1. Facing the senior pastor
2. Facing the difficult teens
3. Facing the dark side
Panel
Discussion:
The way of subversives
Profil
pembicara:
Astri Sinaga
Dosen STT Amanat Agung dalam bidang Pastoral, Pendidikan
Kristen, dan Youth Ministry, kepala Pusat Studi dan Pengembangan Pelayanan Kaum
Muda, memperoleh gelar M.Th dari Trinity Theological College Singapore.
Alex Nanlohy,
Staff siswa perkantas yang pernah juga memimpin Perkantas
Jakarta, memperoleh MA dalam bidang
Misiologi di Redcliffe College, University of Gloucertershire, UK
Armand Barus
Dosen STT Amanat Agung dalam bidang Biblika, Pendeta Jemaat
di GBKP, memperoleh gelar PhD dalam bidang Perjanjian Baru dari University of Aberdeen,
dan fasilitator BGA
Irwan Hidajat
Dosen STT Amanat Agung dalam bidang Pendidikan Kristen, telah
menggembalakan sebagai Pendeta Jemaat selama kurang lebih 16 tahun dan
memperoleh gelar STh dari STT Bandung dan MPd dari universitas Pelita Harapan.
Hendro Lim
Dosen STT Amanat Agung dalam bidang Historika dan pernah beberapa
tahun melayani sebagai Pembina Rohani kaum muda GKY Greenvile, memperoleh gelar
MDiv dari STT Amanat Agung.
Yoseph Kurniawan
Memperoleh gelar MDiv dari Trinity Theological College,
Pembina Rohani kaum muda di GKI Kayu Putih, aktif dalam pembinaan kaum muda di
lingkungan sinode GKI.
0 komentar:
Posting Komentar