Selasa, 20 Februari 2018

Konsep Religious Affections Jonathan Edward dalam konteks Pelayanan Pastoral Kaum Muda Gereja Injili



Konsep Religious Affections Jonathan Edward
dalam konteks Pelayanan Pastoral Kaum Muda Gereja Injili
Jonathan Prasetia


Pendahuluan
Salah satu bidang pelayanan yang sedang marak dibicarakan oleh gereja-gereja hari ini adalah berkenaan dengan pelayanan kaum muda. Mark DeVries, seorang youth pastor, berkata, We are sending our kids into adulthood ill prepared for the increasing demands od our complex society.[1] Individu yang menginjak usia remaja-pemuda sedang mengalami pencarian akan identitas diri dan mempertanyakan Tuhan, sehingga mereka mengalami gejolak emosional, kognitif, dan spiritual.[2] Oleh sebab itu, apabila ibadah terasa kering, mereka akan cepat merasa bosan dan mencari gereja lain, di mana kebutuhan pengalaman akan Tuhan dapat dipenuhi. Dengan demikian pelayanan pastoral kaum muda sangat membutuhkan konsep kerohanian yang sesuai dengan gejolak jiwanya. Ketika kaum muda tidak mendapatkan kerohanian yang tepat sasaran dan pengalaman rohani yang nyata, maka kemungkinan besar mereka akan meninggalkan gereja.
Sebenarnya ada banyak warisan spiritualitas dari bapa-bapa gereja, namun tidak semuanya tepat sasaran bagi pendekatan pastoral kaum muda. Jonathan Edwards merupakan seorang gembala, pengkhotbah, teolog terbesar sepanjang sejarah yang memiliki fokus dengan pengalaman religius. Konsep Religious Affections yang tercetus dari lubuk hatinya merupakan salah satu konsep pengalaman religius yang alkitabiah. Berdasarkan teologinya, Edwards yang beraliran Calvinis, dikenal karena menyatukan semangat penginjilan dan keingintahuan intelektual dalam tulisan-tulisannya.[3] Selain itu, afeksinya dalam berkhotbah selalu meninggikan Allah dan tidak pernah berhenti memuji Allah.[4] Dalam diri Edwards, dapat dilihat keseluruhan pribadi, baik hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan yang diserahkan kepada Allah.[5] Ini membuktikan konsep spiritualitas Jonathan Edwards yang mewujudkan keseimbangan dan alkitabiah, layak untuk menjawab pergumulan pelayanan pastoral kaum muda di gereja masa kini.
Artikel ini memperkenalkan salah satu konsep spiritualitas Jonathan Edwards, serta salah satu pergumulan pelayanan pastoral kaum muda di gereja-gereja injili, dan kemudian mencoba menjawab pergumulan pelayanan tersebut dengan konsep tersebut serta diakhiri dengan tantangan bagi gereja-gereja injili ketika menghadapi pelayanan pastoral kaum muda.................





[1]. Mark DeVries, Family Based Youth Ministry (Illinois: Intervarsity Press, 2004), 35.
[2]. Charles M. Shelton, Spiritualitas Kaum Muda (Jakarta: Kanisius, 1987), 66.
[3]. Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik: Refleksi atas Berbagai Kecenderungan Pasca Kharismatik (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 15.
[4]. John Piper, Supremasi Allah dalam Khotbah (Surabaya: Momentum, 2008), 80.
[5]. Stephen J. Nicholls, Jonathan Edwards: Penuntun ke dalam Kehidupan dan Pemikirannya (Surabaya: Momentum, 2009), 6. 

0 komentar:

Posting Komentar