Fenomena pelayanan kaum muda saat ini tidak
dapat dilepaskan dari standar ukuran keberhasilan berdasarkan
jumlah kehadiran jemaat. Dengan kata lain, kemampuan untuk mengumpulkan
anak-anak muda dalam jumlah yang banyak, itulah yang disebut sebagai
keberhasilan pelayanan kaum muda. Akibatnya, para pelayan/rohaniwan kaum muda
dituntut untuk menghadirkan fenomena ini di gereja, dan kemudian dipakai juga
sebagai ukuran keberhasilannya sebagai gembala atau pembina bagi kaum muda.
Tidak jarang tuntutan ini menimbulkan rasa kurang percaya diri dan frustrasi
dalam diri seorang pelayan kaum muda dalam hal memaknai beban dan panggilannya
terhadap pelayanan kaum muda.
Dalam teori pertumbuhan gereja, church planting umumnya tidak dapat
dilepaskan dari pertumbuhan jumlah jiwa secara kuantitas, termasuk juga di
dalamnya terkait dengan perluasan, pengembangan dan kemajuan gereja. Namun hal
yang tidak boleh dilupakan dalam church planting adalah tentang
membangun komunitas. Dan panggilan Allah yang serius terhadap gereja adalah
menjadi komunitas yang menebus (redemptive
community). Ini merupakan panggilan untuk mewujudkan komunitas yang
transparan dan otentik dalam menjalani hidup bersama. Transparansi dan
keotentikan ini terlihat dari bagaimana komunitas itu menjadi tempat yang
menyembuhkan bagi setiap mereka yang terluka, membangkitkan mereka dari
kehancuran, sampai setiap orang yang ada di dalamnya dapat merasakan bahwa
hidupnya telah mengalami transformasi yang dikerjakan oleh Yesus Kristus dalam
kehidupan mereka masing-masing. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa
berkumpulnya banyak kaum muda di sebuah acara, termasuk acara-acara gereja,
belum tentu menunjukkan terbangunnya komunitas kaum muda yang menebus (Redemptive Youth Community).
Untuk membangun dan mewujudkan Redemptive Youth Community, para pelayan
kaum muda seharusnya memiliki pemahaman yang benar dan kuat mengenai apa yang
seharusnya dilakukan dalam membangun komunitas kaum muda, tanpa lebih dulu
mengedepankan persoalan jumlah. Kita seharusnya membangun komunitas (community) dan bukan sekedar
mengumpulkan orang banyak (crowd).
Ini bukan berarti bahwa jumlah tidak penting, tetapi jumlah bukanlah
satu-satunya fokus yang harus dikerjakan. Memiliki pengalaman hidup yang diubahkan,
merupakan fokus dan tujuan pelayanan kaum muda ada di dunia dan khususnya di
Indonesia.
Kali ini Simposium Pelayanan Kaum Muda III
yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pengembangan Pelayanan Kaum Muda (PSPPKM)
– STT Amanat Agung, akan mengambil tema “REDEMPTIVE YOUTH COMMUNITY”, di mana
beberapa materi pembahasan akan mengarah pada isu kontemporer pelayanan kaum
muda berbasis komunitas saat ini.
Sesi Plenari
Sesi
1: Community or Crowd?
Oleh:
Astri Sinaga, S.S., M.Th.
Keberhasilan suatu pelayanan kaum muda sering
kali hanya dilihat secara sederhana lewat seberapa banyak orang yang terlibat
di dalam pertemuan raya atau ibadah yang mereka adakan. Hal ini membuat pelayan
kaum muda hanya memikirkan bagaimana caranya supaya ibadah dan program-program
mereka dihadiri lebih banyak orang. Tapi esensi komunitas sesungguhnya
sangatlah berbeda dari sekedar ‘kumpulan orang’ atau ‘crowd.’
Sesi ini akan menjelaskan apakah hakikat komunitas sesungguhnya yang membedakan
nya dengan ‘crowd’,
sehingga pelayan kaum muda mengerti bahwa yang mereka bangun sesungguhnya ada
komunitas, bukan ‘crowd.’
Sesi
2: Church as a Redemptive Community
Oleh:
Irwan Hidajat, S.Th., M.Pd.
Kaum muda bukan sekedar gereja masa
mendatang, tapi juga gereja masa kini. Mereka adalah orang-orang yang
dipanggil, ditebus dan dikhususkan oleh Tuhan untuk menjadi umat atau komunitas
Allah. Sebagai komunitas yang sudah mengalami penebusan di dalam Kristus,
komunitas kaum muda seharusnya memiliki cara hidup dan cara berkomunitas
sebagaimana orang-orang yang telah ditebus. Komunitas ini juga harusnya menjadi
tempat di mana anggota-anggota baru mengalami penebusan Kristus lewat
kehidupan berkomunitas yang menyembuhkan, memulihkan, membangun dan menguatkan. Seperti
apakah komunitas yang redemptive itu?
Apakah yang seharusnya terjadi dalam hidup seseorang yang terlibat dalam
komunitas yang redemptive?
Sesi
3: Redemptive Youth Worship
Oleh:
Linna Gunawan, D.Min.
Ibadah kaum muda adalah wajah dari kehidupan
berkomunitas dalam pelayanan kaum muda. Ibadah kaum muda seringkali
diidentikkan dengan ibadah kontemporer yang unik dan khusus mencirikan kaum
muda, baik dari segi gaya ibadah, musik
dan juga alur ibadah. Namun kritik seringkali ditujukan mengenai isu penggunaan
musik dan gaya ibadah yang dianggap tidak “rohani”. Sesungguhnya komunitas yang
sudah ditebus ini akan menghasilkan musik dan gaya ibadah yang juga sudah
mengalami penebusan. Bagaimanakah karakteristik ibadah kaum muda sebagai
orang-orang yang sudah mengalami penebusan Kristus? Musik dan lagu yang seperti
apakah yang dihasilkan oleh kaum muda yang sudah ditebus? Sesi ini akan
menjelaskan hakikat ibadah dalam kerangka redemptive
youth community.
Kapita
Selekta
1. Developing
Redemptive Preaching for Youth Community
Oleh:
Casthelia Kartika, M.Th.
Mendapati komunitas
kaum muda yang sehat bertumbuh dalam iman dan firman seharusnya menjadi
kerinduan para pelayan kaum muda. Salah satu cara membawa mereka kea rah
pertumbuhan ini adalah melalui pelayanan firman. Seringkali para pelayan kaum
muda kesulitan dalam mencari bentuk khotbah yang tepat bagi komunitas kaum
muda, sehingga akhirnya lebih banyak menekankan pada fenomena dan performa
khotbah. Padahal untuk membentuk redemptive
youth community, dibutuhkan khotbah yang kuat, yang memulihkan dan
menyembuhkan, sehingga mereka dapat hidup dalam kualitas yang benar sebagai
orang-orang muda yang telah mengalami penebusan Kristus.
2.
Building Redemptive Youth Community through Social Media
Oleh:
Ang Wie Hay, M.Sc., M.Div.
Teknologi media tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan berkomunitas kaum muda. Saat ini media sosial menjadi alat yang
sangat besar bagi kaum muda dalam berkomunikasi. Teknologi itu sendiri sebagai sesuatu yang netral dapat dipakai
sebagai alat untuk membangun dan mendekatkan suatu komunitas. Tapi teknologi
juga dapat memecah dan memisahkan sebuah komunitas menjadi komunitas yang semu.
Untuk itu perlu hikmat dan pencerahan untuk bisa melibatkan teknologi dalam
membangun komunitas yang redemptive
menjadi komunitas yang otentik bagi anggota-anggotanya. Sesi ini akan
mencerahkan peserta bagaimana membangun komunitas yang otentik melalui
teknologi media sosial.
3.
Redemptive Youth Community for the Captives
Oleh:
Yohanes Puja Piris, M.Div.
Allah menebus umat-Nya di dalam Kristus bukan
semata untuk menjadi komunitas yang eksklusif. Tapi lewat komunitas ini
seharusnya ketika orang melihatnya, orang dari luar komunitas ini menjadi
tertarik untuk terlibat di dalamnya. Ironisnya, komunitas Kristen seringkali
sangat eksklusif dan membuat orang yang baru masuk menjadi ‘asing’.
Bagaimanakah seharusnya membangun komunitas yang dapat menjangkau kaum muda di
sekitar mereka untuk masuk dan mengalami redemptive community ? Bagaimana
menggerakkan komunitas kaum muda agar memiliki jiwa misi dan kerinduan
menjangkau kaum muda lainnya?
Jadwal
Acara
07.30 – 08.00 Registrasi
Ulang
08.00 – 09.30 Plenary
1
09.30 – 10.00 Break
10.30 – 12.00 Plenary
2
12.00 – 13.00 Lunch
13.00 – 14.30 Kapita Selekta
14.30 – 15.00 Break
15.00 – 17.00 Plenary
3
0 komentar:
Posting Komentar