SPKM III



Fenomena pelayanan kaum muda saat ini tidak dapat dilepaskan dari standar ukuran keberhasilan berdasarkan jumlah kehadiran jemaat. Dengan kata lain, kemampuan untuk mengumpulkan anak-anak muda dalam jumlah yang banyak, itulah yang disebut sebagai keberhasilan pelayanan kaum muda. Akibatnya, para pelayan/rohaniwan kaum muda dituntut untuk menghadirkan fenomena ini di gereja, dan kemudian dipakai juga sebagai ukuran keberhasilannya sebagai gembala atau pembina bagi kaum muda. Tidak jarang tuntutan ini menimbulkan rasa kurang percaya diri dan frustrasi dalam diri seorang pelayan kaum muda dalam hal memaknai beban dan panggilannya terhadap pelayanan kaum muda.
Dalam teori pertumbuhan gereja, church planting umumnya tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan jumlah jiwa secara kuantitas, termasuk juga di dalamnya terkait dengan perluasan, pengembangan dan kemajuan gereja. Namun hal yang tidak boleh dilupakan dalam church planting adalah tentang membangun komunitas. Dan panggilan Allah yang serius terhadap gereja adalah menjadi komunitas yang menebus (redemptive community). Ini merupakan panggilan untuk mewujudkan komunitas yang transparan dan otentik dalam menjalani hidup bersama. Transparansi dan keotentikan ini terlihat dari bagaimana komunitas itu menjadi tempat yang menyembuhkan bagi setiap mereka yang terluka, membangkitkan mereka dari kehancuran, sampai setiap orang yang ada di dalamnya dapat merasakan bahwa hidupnya telah mengalami transformasi yang dikerjakan oleh Yesus Kristus dalam kehidupan mereka masing-masing. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa berkumpulnya banyak kaum muda di sebuah acara, termasuk acara-acara gereja, belum tentu menunjukkan terbangunnya komunitas kaum muda yang menebus (Redemptive Youth Community).
Untuk membangun dan mewujudkan Redemptive Youth Community, para pelayan kaum muda seharusnya memiliki pemahaman yang benar dan kuat mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam membangun komunitas kaum muda, tanpa lebih dulu mengedepankan persoalan jumlah. Kita seharusnya membangun komunitas (community) dan bukan sekedar mengumpulkan orang banyak (crowd). Ini bukan berarti bahwa jumlah tidak penting, tetapi jumlah bukanlah satu-satunya fokus yang harus dikerjakan. Memiliki pengalaman hidup yang diubahkan, merupakan fokus dan tujuan pelayanan kaum muda ada di dunia dan khususnya di Indonesia.
Kali ini Simposium Pelayanan Kaum Muda III yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pengembangan Pelayanan Kaum Muda (PSPPKM) – STT Amanat Agung, akan mengambil tema “REDEMPTIVE YOUTH COMMUNITY”, di mana beberapa materi pembahasan akan mengarah pada isu kontemporer pelayanan kaum muda berbasis komunitas saat ini.


Sesi Plenari

Sesi 1: Community or Crowd?
Oleh: Astri Sinaga, S.S., M.Th.
Keberhasilan suatu pelayanan kaum muda sering kali hanya dilihat secara sederhana lewat seberapa banyak orang yang terlibat di dalam pertemuan raya atau ibadah yang mereka adakan. Hal ini membuat pelayan kaum muda hanya memikirkan bagaimana caranya supaya ibadah dan program-program mereka dihadiri lebih banyak orang. Tapi esensi komunitas sesungguhnya sangatlah berbeda dari sekedar ‘kumpulan orang’ atau crowd. Sesi ini akan menjelaskan apakah hakikat komunitas sesungguhnya yang membedakan nya dengan ‘crowd, sehingga pelayan kaum muda mengerti bahwa yang mereka bangun sesungguhnya ada komunitas, bukan ‘crowd.

Sesi 2: Church as a Redemptive Community
Oleh: Irwan Hidajat, S.Th., M.Pd.
Kaum muda bukan sekedar gereja masa mendatang, tapi juga gereja masa kini. Mereka adalah orang-orang yang dipanggil, ditebus dan dikhususkan oleh Tuhan untuk menjadi umat atau komunitas Allah. Sebagai komunitas yang sudah mengalami penebusan di dalam Kristus, komunitas kaum muda seharusnya memiliki cara hidup dan cara berkomunitas sebagaimana orang-orang yang telah ditebus. Komunitas ini juga harusnya menjadi tempat di mana anggota-anggota baru mengalami penebusan Kristus lewat kehidupan berkomunitas yang menyembuhkan, memulihkan, membangun dan menguatkan. Seperti apakah komunitas yang redemptive itu? Apakah yang seharusnya terjadi dalam hidup seseorang yang terlibat dalam komunitas yang redemptive?

Sesi 3: Redemptive Youth Worship
Oleh: Linna Gunawan, D.Min.
Ibadah kaum muda adalah wajah dari kehidupan berkomunitas dalam pelayanan kaum muda. Ibadah kaum muda seringkali diidentikkan dengan ibadah kontemporer yang unik dan khusus mencirikan kaum muda, baik dari segi gaya ibadah,  musik dan juga alur ibadah. Namun kritik seringkali ditujukan mengenai isu penggunaan musik dan gaya ibadah yang dianggap tidak “rohani”. Sesungguhnya komunitas yang sudah ditebus ini akan menghasilkan musik dan gaya ibadah yang juga sudah mengalami penebusan. Bagaimanakah karakteristik ibadah kaum muda sebagai orang-orang yang sudah mengalami penebusan Kristus? Musik dan lagu yang seperti apakah yang dihasilkan oleh kaum muda yang sudah ditebus? Sesi ini akan menjelaskan hakikat ibadah dalam kerangka redemptive youth community.

Kapita Selekta

1. Developing Redemptive Preaching for Youth Community 
Oleh: Casthelia Kartika, M.Th.
Mendapati komunitas kaum muda yang sehat bertumbuh dalam iman dan firman seharusnya menjadi kerinduan para pelayan kaum muda. Salah satu cara membawa mereka kea rah pertumbuhan ini adalah melalui pelayanan firman. Seringkali para pelayan kaum muda kesulitan dalam mencari bentuk khotbah yang tepat bagi komunitas kaum muda, sehingga akhirnya lebih banyak menekankan pada fenomena dan performa khotbah. Padahal untuk membentuk redemptive youth community, dibutuhkan khotbah yang kuat, yang memulihkan dan menyembuhkan, sehingga mereka dapat hidup dalam kualitas yang benar sebagai orang-orang muda yang telah mengalami penebusan Kristus.

2. Building Redemptive Youth Community through Social Media
Oleh: Ang Wie Hay, M.Sc., M.Div.
Teknologi media tidak dapat dipisahkan dari kehidupan berkomunitas kaum muda. Saat ini media sosial menjadi alat yang sangat besar bagi kaum muda dalam berkomunikasi. Teknologi itu sendiri  sebagai sesuatu yang netral dapat dipakai sebagai alat untuk membangun dan mendekatkan suatu komunitas. Tapi teknologi juga dapat memecah dan memisahkan sebuah komunitas menjadi komunitas yang semu. Untuk itu perlu hikmat dan pencerahan untuk bisa melibatkan teknologi dalam membangun komunitas yang redemptive  menjadi komunitas yang otentik bagi anggota-anggotanya. Sesi ini akan mencerahkan peserta bagaimana membangun komunitas yang otentik melalui teknologi media sosial.

3. Redemptive Youth Community for the Captives 
Oleh: Yohanes Puja Piris, M.Div.
Allah menebus umat-Nya di dalam Kristus bukan semata untuk menjadi komunitas yang eksklusif. Tapi lewat komunitas ini seharusnya ketika orang melihatnya, orang dari luar komunitas ini menjadi tertarik untuk terlibat di dalamnya. Ironisnya, komunitas Kristen seringkali sangat eksklusif dan membuat orang yang baru masuk menjadi ‘asing’. Bagaimanakah seharusnya membangun komunitas yang dapat menjangkau kaum muda di sekitar mereka untuk masuk dan mengalami redemptive community ? Bagaimana menggerakkan komunitas kaum muda agar memiliki jiwa misi dan kerinduan menjangkau kaum muda lainnya?



Jadwal Acara
07.30 – 08.00  Registrasi Ulang
08.00 – 09.30  Plenary 1
09.30 – 10.00  Break
10.30 – 12.00  Plenary 2
12.00 – 13.00  Lunch
13.00 – 14.30 Kapita Selekta
14.30 – 15.00  Break
15.00 – 17.00  Plenary 3



0 komentar:

Posting Komentar