Sabtu, 03 Juni 2017

Drama Musikal: Perjumpaan Itu




PERJUMPAAN DENGAN SANG MESIAS

Buku yang ada di tangan Anda ini adalah drama musikal yang ke 5 yang kami tulis dan terbitkan setelah drama musikal “Lentera yang Menyala”, “Jangan Takut”, “There is no Room”, dan “The King” yang telah terbit sebelumnya. Kali ini, masih berkaitan dengan kisah natal, kami mengangkat tokoh Simeon, seorang yang dengan setia menantikan kedatangan Mesias. Penantian panjang Simeon membuahkan perjumpaan yang indah antara dirinya dengan bayi Yesus.
Bagi Simeon, perjumpaan itu adalah suatu momen yang dia nantikan seumur hidupnya. Sekian lama Simeon menantikan datangnya penghiburan bagi Israel yaitu Mesias yang diurapi Tuhan. Dia memegang janji Tuhan akan penghiburan itu, yaitu Mesias yang bukan hanya untuk umat Allah yaitu Israel, tetapi juga Mesias bagi segala bangsa. Dia memang rindu dan menantikan momen perjumpaan itu, bahkan sepanjang hidupnya, dia hanya punya satu tujuan, yaitu berjumpa dengan Mesias.
Simeon adalah satu dari sedikit orang yang menantikan Mesias, karena kebanyakan orang Yahudi pada waktu itu, sudah tidak lagi peduli dengan janji itu, dan mereka merasa Allah sepertinya mendiamkan mereka. Lama sekali mereka hidup dalam keadaan tidak ada nubuat, tidak ada nabi yang berbicara dan menyampaikan perkataan Allah kepada mereka. Yang ada hanyalah realita nasib yang mereka alami bahwa mereka adalah bangsa yang dijajah, dieksploitasi oleh bangsa asing, oleh pemuka agama mereka sendiri, oleh pemimpin yang lalim, dan beratnya hidup dengan pajak yang tinggi yang dibebankan kepada mereka.
Dalam keadaan seperti itu, orang mencari jalannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka, dengan cara yang berbeda-beda. Orang yang berkuasa memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan menindas yang lemah. Yang punya kuasa secara politik menggunakan pajak untuk mendapatkan keuntungan, dan yang punya kekuasaan spiritual menekan dengan ritual yang ketat untuk mendapatkan keuntungan pribadi juga. Yang punya kekuasaan sedikit besar dari yang lain, akan menjual dagangannya dengan harga yang tinggi. Mereka berpikir bahwa dengan melakukan ini dan itu, menekan orang di sana dan sini, membeli ini dan itu, menguasai ini dan itu, mereka akan merasa terpuaskan.
Drama musikal ini adalah cerminan diri kita, yang berpikir kalau kita mendapatkan untung banyak, mengumpulkan harta, memposisikan diri dalam kedudukan penting dan berkuasa, maka kita merasa cukup, ternyata tidak demikian. Kita sering kali mencari penghiburan, kepuasan dan kebahagiaan pada apa yang kita miliki di dunia ini, tetapi ternyata kita malah jadi kecewa karena kita selalu merasa kurang.
Tetapi Simeon tahu bahwa semua yang ada di dunia ini tidak bisa diharapkan. Dalam hidupnya dia hanya mengharapkan satu hal, yaitu datangnya Mesias. Karena dia tahu bahwa Mesias itulah jawaban atas semua yang dibutuhkan manusia. Di dalam Kristus yang adalah Mesias itu, manusia memperoleh keselamatan yang kekal. Simeon mau mengatakan kepada kita dalam drama musikal ini bahwa kegelisahan hidup kita, tidak bisa dijawab dengan uang; tidak dengan kedudukan, bahkan bukan dengan ritual-ritual kosong yang melelahkan badan. Tetapi kegelisahan hidup kita jawabannya hanya ada pada Kristus, sehingga setiap kita haruslah mengalami perjumpaan dengan Kristus.
Itu sebabnya ketika Simeon berjumpa dengan bayi Yesus, dia dapat mengatakan: “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera… sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.”
Simeon merasa itulah puncak hidupnya, itulah yang paling ultimate dalam hidupnya, yang diatasnya tidak ada lagi yang lebih hebat dan lebih berharga, yaitu berjumpa dengan Yesus. Dari seluruh tokoh yang muncul dalam drama ini Simeon-lah orang yang paling berbahagia. Kepuasan hidupnya akhirnya dia capai, bukan karena dia mendapat untung banyak, kedudukan tinggi, atau kekuasaan yang besar, tetapi karena dia telah berjumpa dengan Mesias yang dinantikannya dalam seluruh hidupnya.
Drama musikal dengan durasi kurang lebih 30 menit ini dapat dimainkan oleh 18 sampai 25 pemain. Setting drama musikal ini mengambil tempat di salah satu bagian dari pelataran bait Allah di mana ada pedagang-pedagang dan keramaian orang yang akan beribadah di Bait Allah. Selain Simeon sebagai tokoh sentral dalam kisah ini, ada beberapa kelompok orang yang terlibat di sepanjang drama musikal ini. Pertama, ada 4 orang pedagang yang terlibat dalam dialog. Mereka adalah orang-orang yang berdagang di sekitar pelataran Bait Allah dan masing-masing memiliki satu pojok kecil tempat dagangan mereka. Anda bisa saja menambah jumlah pedagang, walaupun yang terlibat dialog hanya 4 orang saja. Selain pedagang-pedagang, kelompok kedua adalah orang-orang yang akan membawa persembahan ke Bait Allah di mana mereka terlebih dulu harus membeli barang-barang yang mereka persembahkan. Anda bisa mengikutsertakan 8 sampai 12 orang untuk peran ini walaupun hanya 3 orang saja yang memiliki dialog untuk dilakonkan. Walaupun nampaknya dari begitu banyak orang yang ada di atas panggung hanya beberapa saja yang memiliki dialog, itu tidak berarti pemain lainnya tidak berlakon. Karena melakonkan suatu peran tidak harus selalu dengan dialog tetapi juga tanpa dialog.
Kelompok ketiga terdiri dari beberapa individu, yaitu 2 orang pemungut cukai, 1 orang pengemis dan pada bagian akhir dari drama musikal ini, tampil juga Yusuf dan Maria yang membawa bayi Yesus. Tentu saja semakin banyak yang terlibat, maka Anda membutuhkan kecermatan untuk menata dan mengelola drama musikal ini seperti, kapan membentuk formasi untuk lagu dan tari, dan kapan membentuk formasi ketika terjadi dialog. Anda harus mempertimbangkan besarnya panggung dan jumlah pemain yang terlibat di dalamnya. Namun demikian jumlah pemain ini juga akan mempengaruhi kekuatan vokal dari lagu-lagu yang dinyanyikan. Ingat, seluruh pemain dalam drama musikal “Perjumpaan Itu” bukan hanya berlakon dan menari, tetapi juga bernyanyi.
Kami berharap drama musikal ini dapat memperkaya ibadah natal ataupun pelayanan Anda lainnya. Tentu saja bagaimana pesan suatu drama musikal dapat disampaikan dengan baik bukan hanya karena kekuatan naskah, tetapi juga kekuatan orang-orang yang melakonkan setiap peran. Untuk itu, belajarlah dan berlatihlah dengan baik sebelum Anda menampilkan drama musikal ini. Tidak ada cara mudah untuk menampilkan suatu drama musikal yang baik. Semoga keindahan yang Simeon temui di dalam perjumpaannya dengan Sang Mesias juga berbicara terlebih dulu kepada Anda sebelum Anda menampilkannya kepada orang lain. Sehingga Anda juga menginginkan apa yang Simeon alami dalam perjumpaan itu.



Selamat berlatih,

Astri Sinaga



0 komentar:

Posting Komentar