Ronny Christian Lie
Istilah youth pastor kini semakin umum digunakan di kalangan gereja-gereja di Jakarta. Istilah ini menunjuk kepada rohaniwan yang melayani sebagai pembina kaum muda. Terlepas apakah ini sebuah trend atau bukan, istilah ini sesungguhnya lebih tepat karena sesuai dengan peran yang diemban oleh hamba Tuhan tersebut. Ia tidak hanya membina kaum muda, tetapi ia menggembalakan mereka.
Tugas penggembalaan kaum muda adalah tugas yang krusial, mengingat tantangan dan krisis yang terjadi pada masa transisi yang dihadapi kaum muda bisa berdampak besar terhadap kehidupannya secara keseluruhan. Tetapi jika diperhatikan youth pastor cenderung terjebak dalam tugas merancang program dan mempersiapkan ibadah atau persekutuan mingguan dan sejumlah acara lainnya, yang mungkin tidak jauh berbeda dari job description seorang Event Organizer. Tentu tidak ada yang salah dengan mempersiapkan program ataupun mempersiapkan ibadah. Ini menjadi salah jika youth pastor menjadikannya sebagai hal yang utama dalam tugas penggembalaan. Tugas penggembalaan mengandung dimensi untuk membangun relasi dengan orang yang digembalakan, sehingga tentu saja tugas penggembalaan sebagai youth pastor belum sepenuhnya terpenuhi di dalam kedua tugas di atas.
Andrew Root dalam bukunya Taking Theology to Youth Ministry menulis: “Pelayanan kaum muda dapat didefinisikan sebagai pelayanan gereja yang berusaha untuk berpartisipasi di dalam tindakan Allah dengan dan untuk sebuah kelompok yang secara budaya disebut remaja.”[1] Definisi yang diberikan Root mengenai pelayanan kaum muda memberikan paradigma yang makin melengkapi peran dari youth pastor, yaitu menggembalakan kaum muda untuk berpartisipasi di dalam tindakan Allah dengan dan melalui hidupnya.[2] Agar kaum muda dapat menyadari tindakan Allah di dalam dirinya dan berpartisipasi di dalam tindakan Allah tersebut, maka diperlukan pembimbingan dari seorang youth pastor.
Oleh sebab itu, di dalam artikel ini penulis berusaha memaparkan kembali peranan pembimbingan rohani sebagai tugas yang semestinya dilakukan oleh seorang youth pastor. Dalam artikel ini, penulis akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengan pembimbingan rohani, persyaratan untuk menjadi seorang pembimbing rohani dan peran dari pembimbing rohani.
Pengertian Pembimbing Rohani
Istilah pembimbing rohani yang dimaksudkan di dalam artikel ini adalah istilah yang diterjemahkan dari spiritual director. Istilah ini juga dikenal dengan spiritual friend, soul companion, spiritual companion, shepherd of the souls, spiritual guide, mentor, confidant, faith partner, dan spiritual midwife. Tidak ada kesepakatan bersama di dalam penggunaan istilah-istilah ini.[3] Jadi, apa yang dimaksud dengan pembimbingan rohani? Penulis akan memaparkan beberapa definisi untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
Eugene Peterson, dalam bukunya Working the Angels dengan lugas menuliskan “Pembimbingan rohani terjadi ketika dua orang menyetujui untuk memberikan perhatian penuh kepada apa yang Tuhan sedang lakukan di dalam kehidupan dari salah satu atau keduanya dan meresponinya di dalam iman.”[4] Dengan demikian pembimbingan rohani terjadi ketika ada kesepakatan di antara dua orang dan yang menjadi fokus utama dari pembimbingan tersebut adalah karya Allah di dalam diri mereka. Bruce Demarest menyebut pelayanan ini sebagai “pelayanan dari pemeliharaan jiwa di mana seorang Kristen yang berpengalaman dan bertalenta menolong orang lain untuk bertumbuh di dalam relasi dan ketaatan kepada Tuhan dengan mengikuti teladan yang diberikan oleh Yesus Kristus.”[5]
Senada dengan hal tersebut David G. Benner, dalam bukunya Sacred Companion (Sahabat Kudus) mengartikannya sebagai berikut:
Bimbingan rohani adalah suatu proses doa sebagai sebuah tempat seseorang mencari pertolongan untuk menumbuhkan suatu hubungan pribadi yang lebih mendalam dengan Tuhan di mana orang tersebut bertemu dengan orang lain untuk berdoa dan bercakap-cakap yang fokusnya untuk mendapatkan kepekaan akan Tuhan yang semakin meningkat di tengah-tengah semua pengalaman hidup dan menfasilitasi penyerahan diri kepada kehendak Tuhan.[6]
Pengertian Benner ini melengkapi apa yang Peterson katakan, di mana Benner menjelaskan bahwa kepekaan terhadap karya Allah itu terjadi di dalam percakapan dan doa, dan respon dari iman diartikan sebagai penyerahan diri kepada kehendak Allah.
Keith Anderson dan Randy Reese memberi definisi:
Mentoring rohani adalah hubungan antara mentor, orang yang dimentor dan Roh Kudus, di mana melalui tindakan Allah sekarang ini, orang yang dimentor itu dapat menemukan keintiman dengan Tuhan, identitas utama sebagai anak Allah dan panggilan yang unik demi menjalankan tanggung jawab dari Kerajaan Allah.[7]
Definisi Anderson dan Reese ini memberikan pemahaman bahwa pembimbingan rohani melibatkan Roh Kudus, sehingga proses pembimbingan dapat mengungkap realitas rohani di dalam kehidupan pembimbing dan orang yang dibimbing.
Lebih lanjut, Richard Foster dalam Majalah Christianity Today menjawab secara lengkap mengenai apa yang dimaksud dengan bimbingan rohani:[8]
1. Bimbingan rohani adalah sebuah relasi interpersonal di mana kita belajar bagaimana bertumbuh, hidup dan mengasihi dalam kehidupan rohani.
2. Bimbingan rohani melibatkan sebuah proses yang di mana melaluinya seseorang menolong orang lain memahami apa yang sedang Allah lakukan dan katakan.
3. Kearifan merupakan sebuah karunia yang krusial di dalam karya pembimbingan rohani.
4. Dalam bimbingan rohani tentu saja tidak akan ada dominasi atau kontrol.
5. Pembimbing rohani/mentor/pastor memandu orang lain dalam hal rohani melewati dunia rohani dengan sarana rohani.
6. Allah telah menetapkan bahwa akan ada pembimbing rohani/mentor/pastor di antara umat-Nya. Ini adalah struktur kasih yang dipraktekkan.
7. Yang terpenting, pembimbing rohani/mentor/pastor adalah orang yang menyadari bahwa dirinya telah “dibangun” di dalam Allah. Jika tidak, mereka terlalu berbahaya untuk diijinkan masuk ke dalam ruang batin orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembimbingan rohani adalah pelayanan melibatkan relasi interpersonal di antara orang yang membimbing dan yang dibimbing serta Roh Kudus, di mana kepercayaan (trust) menjadi dasarnya dan bertujuan menyadari kehadiran Allah di dalam kehidupannya dan bertumbuh menjadi dewasa di dalam Kristus.
Persyaratan Untuk Menjadi Seorang Pembimbing Rohani
Pada dasarnya pelayanan pembimbingan rohani dapat dilakukan oleh semua orang Kristen yang memiliki kedewasaan rohani. Akan tetapi tidak berarti bahwa semua orang yang dewasa rohani dapat melakukannya. Pelayanan pembimbingan rohani menuntut beberapa kualifikasi sehingga pembimbingan dapat berjalan dengan baik. Apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang pembimbing rohani yang baik?
Dengan tegas Benner menuliskan bahwa “tidak ada seorang pun yang boleh melayani dalam hubungan bimbingan rohani tanpa adanya panggilan Tuhan.”[9] Kemudian ia menjelaskan bahwa panggilan Allah tersebut dapat diketahui dari tiga hal: Pertama, orang tersebut sudah melakukan pelayanan yang serupa dengan pembimbingan rohani dalam berbagai bentuk. Bisa saja secara formal dalam jabatan gerejawi, tetapi bisa juga secara informal. Intinya karunia itu diketahui dan diakui oleh komunitas. Kedua, ia memiliki rasa haus akan Allah dan hal tersebut menjadi sebuah perjalanan rohani yang tiada hentinya ia alami. Dalam hal ini ia mengikutsertakan orang lain di dalam perjalanan rohaninya. Ketiga, ia memiliki hati yang mengasihi orang lain. Dalam bagian ini Benner menuturkan, “Jika Anda hanya mengasihi teologi, atau meskipun Anda pikir bahwa Anda mengasihi Allah tetapi sedikit sekali mengasihi orang lain secara tulus, pelayanan bimbingan rohani bukan merupakan panggilan Anda.”[10]
Apa yang disampaikan oleh Benner berkaitan dengan panggilan untuk menjadi seorang pembimbing rohani tentunya menjadi catatan khusus bagi youth pastor, terlebih lagi bagi mereka yang muda dan baru saja menyelesaikan pendidikan teologinya. Karena meskipun adalah hal yang mutlak bagi seorang youth pastor untuk memiliki panggilan Allah untuk menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu, namun ia juga perlu membuktikan di tengah komunitas yang ia layani bahwa ia pun memiliki panggilan untuk menjadi seorang pembimbing rohani. Namun tentu sangat berkontradiksi jika seorang youth pastor yang dipanggil khusus oleh Allah tidak dapat membuktikan kelayakannya untuk melayani sebagai pembimbing rohani di tengah komunitas.
Selanjutnya, Benner juga berpendapat bahwa orang-orang yang dipanggil untuk masuk dalam pelayanan bimbingan rohani perlu melakukan persiapan. Ia mencantumkan 6 macam persiapan:[11]
1) Pengalaman pribadi dalam bimbingan rohani. Benner memandang penting pengalaman dibimbing secara rohani oleh orang lain sebagai persiapan untuk membimbing orang lain. Karena pembimbingan rohani adalah sesuatu yang dipelajari melalui proses mengalami.
2) Memahami dinamika dari jiwa. Ilmu psikologi memberikan pengetahuan di dalam mengenali tipe orang yang yang dibimbing.
3) Komitmen untuk memperoleh pengenalan diri dan Allah yang lebih dalam. Dua pengenalan ini tidak dapat dipisahkan sebagaimana yang juga di paparkan oleh John Calvin di dalam bukunya Institutio yang terkenal itu.
4) Pengetahuan akan Kitab Suci dan dasar teologi yang kuat. Pemahaman Alkitab dan dasar teologi yang kuat menjadi fondasi pengajaran yang sehat.
5) Keahlian mendengarkan dalam kekudusan. Keahlian yang dimaksudkan tidak hanya mendengarkan aktif yang merupakan bagian dari konseling dasar, tetapi lebih kepada mendengarkan dengan sensitivitas rohani untuk “mendengarkan” suara Allah di dalam kehidupan orang yang dibimbing.
6) Pelatihan dan pengawasan. Pembimbingan rohani bisa dikembangkan melalui sejumlah pelatihan dan juga diperlukan pengawasan dari komunitas atau pejabat gereja yang berwenang agar tidak terjadi manipulasi atau spiritual abuse di dalam proses pembimbingan, mengingat adakalanya orang yang dibimbing berada dalam masa-masa rapuh.
Kemudian, ketika Anderson dan Reese mencantumkan beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh pembimbing rohani, mereka mengatakan bahwa “tidak ada ujian yang mudah menilai atau evaluasi yang mudah untuk mengukur kompetensi seseorang di dalam membimbing…”[12] sehingga persyaratan dan persiapan yang tercantum di atas harus dilihat sebagai alat bantu agar pelayanan pembimbingan rohani dilakukan oleh orang-orang tersebut teruji dan dapat dipertanggungjawabkan. Tentu sekali lagi hal ini menjadi catatan khusus bagi youth pastor yang baru saja memasuki ladang pelayanan agar dengan rendah hati memohon Allah untuk memberikan karunia-karunia tersebut dan dapat mengembangkan keahlian-keahlian yang diperlukan di dalam pelayanan ini.
Perspektif dan Tugas Youth Pastor dalam Pembimbingan Rohani
Perspektif Pembimbingan Rohani
Sebelum membahas tentang tugas youth pastor di dalam pembimbingan rohani ada 3 perspektif yang perlu dipaparkan berkaitan dengan kerohanian: Pertama, kehidupan rohani dan pertumbuhan rohani harus dilihat sebagai sebuah perjalanan (journey). Dalam bukunya yang berjudul A Long Obedience in the Same Direction, Eugene H. Peterson menyebutkan dua konsep biblika untuk menjelaskan hal ini, yaitu murid (disciple) dan peziarah (pilgrim). Istilah ‘murid’ mengingatkan bahwa kita adalah orang-orang yang menggunakan hidupnya untuk belajar dari Kristus, sedangkan istilah ‘peziarah’ menunjukkan bahwa dunia ini bukanlah rumah kita, dan kita sedang ada dalam perjalanan menuju kepada Bapa. Hal ini dikontraskan dengan agama yang dianalogikan sebagai seorang turis yang mengunjungi suatu tempat yang menarik ketika memiliki waktu luang. Analogi ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang Kristen yang datang pada pertemuan ibadah, retreat, seminar dan kegiatan rohani lainnya untuk memenuhi keinginan mereka dengan cara yang instant.[13] Dalam hal ini, youth pastor harus memandang bahwa pembimbingan rohani adalah sebuah perjalanan ziarah. Produktivitas dan cara yang instant tidak mendapatkan tempat dalam pembimbingan rohani. Oleh karena itu, meski ada pembimbingan yang ditempuh dalam tempo waktu tertentu, tetapi pada umumnya pembimbingan memakan waktu yang cukup lama. Youth Pastor dan kaum muda yang dibimbingnya dapat menikmati waktu pembimbingan layaknya seseorang yang sedang melakukan perjalanan ziarah.[14]
Kedua, dalam proses belajar, dikenal dua macam model, yaitu model belajar orang Yunani dan model belajar orang Yahudi, seperti yang dipaparkan oleh Tim Elmore di dalam bukunya, Life Giving Mentors. Model Yunani lebih berfokus pada mentransfer pengetahuan yang juga disebut model “classroom”oleh Elmore. Dalam model Yunani, sang guru lebih aktif dan murid pasif, dan lebih bersifat akademis. Ini adalah model yang sangat efektif untuk menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya, tetapi metode ini bukanlah metode yang tepat untuk mengubah hidup. Sebaliknya, model Yahudi-lah yang lebih tepat jika tujuannya adalah transformasi hidup. Dalam model Yahudi, proses belajar terjadi ketika sang guru mengundang murid untuk melakukan perjalanan hidup bersama.[15] Model belajar Yahudi-lah, yang lebih tepat untuk mendeskripsikan tugas dari youth pastor dalam melakukan pembimbingan rohani kepada kaum muda. Dengan demikian pembimbingan rohani dapat dilihat sebagai proses belajar bersama dalam membangun relasi dan bertumbuh serupa Kristus.
Ketiga, mengambil teladan Tuhan Yesus di dalam Markus 10:17, 21 dan Yohanes 3:2, 7, Johnson menyimpulkan bahwa tujuan dari pembimbingan rohani adalah menolong orang yang dibimbing untuk menemukan relasinya dengan Tuhan. Ia menjelaskan bahwa “Pembimbing memproklamasikan Kristus, bukan dirinya sendiri, dengan sebuah keterbukaan dan ketulusan yang mengijinkan Kristus berbicara dan bertindak melalui dirinya (2 Kor. 4:1-2, 5). Ketika orang-orang percaya kehilangan kesadaran mereka akan Kristus di dalam diri mereka sendiri, pelayan Allah itu bekerja keras (menderita sakit bersalin) “sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu” (Gal. 4:19).[16] Jadi, sepanjang proses pembimbingan, perspektif untuk serupa dengan Kristus harus menjadi arah dalam percakapan dan doa.
Bruce Demarest dengan lengkap mengatakan bahwa tujuan bimbingan rohani tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Dalam area mengetahui (knowing), seorang pembimbing rohani menolong orang yang dibimbing untuk memahami kehendak Allah sebagaimana dinyatakan di dalam Kitab Suci dan juga di dalam buku-buku rohani. Dalam area keberadaan (being), pembimbing rohani berdoa supaya orang yang dibimbing mengalami transformasi agar dirinya serupa Kristus. Dan di dalam area melakukan (doing), pembimbing rohani mendorong orang yang dibimbing untuk setia menghidupi firman Tuhan dengan pertolongan Roh Kudus.[17]
Yang terakhir, berkaitan dengan metode dalam pembimbingan, youth pastor harus membedakan pembimbingan rohani dengan psikoterapi dan pelayanan pastoral. Gerald May, seperti yang dikutip oleh Johnson mengatakan bahwa ketika berhadapan dengan depresi, psikoterapi akan berkata, “’Bagaimana aku dapat menolongmu keluar dari kondisi ini?’; pelayanan pastoral akan berkata, ‘Bagaimana saya dapat menolongmu bertumbuh?’; pembimbing rohani berkata, ‘Bagaimana saya memampukanmu menemukan kehendak Tuhan di dalam depresi dan bertumbuh darinya?’”[18] Perbedaan dari ketiga model ini seperti yang terlihat pada tabel, di bawah ini:[19]
Psikoterapi
|
Pelayanan Pastoral
|
Pembimbingan Rohani
| |
SUBYEK
|
untuk menyembuhkan pasien yang sakit
|
untuk menolong klien yang bermasalah
|
untuk menemukan makna bagi jiwa yang mencari makna
|
TUJUAN
|
Resolusi konflik; penyesuaian kepada masyarakat (model pengobatan)
|
Menyembuhkan, merawat, memandu (holistik)
|
berada di dalam dan menjadi serupa dengan Allah
|
METODE
|
Teknik-teknik ketrampilan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
|
Tindakan membantu yang bermanfaat bagi klien
|
Diri dan relasi merupakan sarana anugerah – untuk melepaskan penghalang-penghalang.
|
SIKAP DARI PENOLONG
|
Bertanggung jawab atas kesembuhan dari pasien
“Kehendakku yang jadi”
|
Klien atau relasi-lah yang bertanggung jawab
“Kehendak kita yang jadi”
|
Anugerah Allah yang bertanggung ajwab untuk kesembuhan
“Kehendak-Mu yang jadi”
|
Melengkapi tabel di atas Henri Nouwen, seperti yang dikutip Richard Foster menulis,
Seorang pembimbing rohani bukanlah seorang konselor, terapis, atau analis, melainkan sesama orang Kristen yang dewasa yang kepadanya kita memilih untuk bertanggung jawab atas kehidupan rohani kita dan yang daripadanya kita bisa mengharapkan bimbingan doa dalam perjuangan terus-menerus untuk memahami kehadiran Allah yang aktif di dalam hidup kita.[20]
Dengan demikian, melalui pemaparan perbedaan-perbedaan di atas, maka kita akan terbantu untuk dapat melaksanakan pembimbingan rohani dengan tepat.
Tugas Youth Pastor dalam Pembimbingan Rohani
Dari pembahasan di atas maka tergambar secara implisit tugas yang perlu dilakukan oleh youth pastor dalam melakukan pembimbingan rohani. Menurut penulis, hal pertama yang menjadi tugas youth pastor adalah menjaga keharmonisan hubungannya dengan Allah dan panggilannya. Mike King, presiden dari YouthFront menegaskan bahwa kaum muda memerlukan pembimbing kaum muda yang menjadikan Tuhan sebagai yang utama di dalam hidupnya.[21] Sebab itu, pembimbingan rohani harus dimulai dari orang yang menyediakan dirinya terlebih dahulu untuk dibimbing oleh Allah.
Kedua, youth pastor perlu membuka dirinya dan menyediakan waktu untuk bertemu dengan orang-orang yang memerlukan pembimbingannya. Ketersediaan dirinya bagi orang lain dimulai dari perhatian yang ia berikan kepada orang-orang yang ada di dalam komunitas kaum muda yang ia gembalakan. Ia membiarkan dirinya untuk terlibat di dalam berbagai aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh kaum muda. Acara-acara seperti makan bersama atau olahraga bersama dapat menjadi wadah yang tepat untuk memberikan perhatian kepada mereka. Kedekatan youth pastor dengan orang-orang yang digembalakannya akan membuka kesempatan adanya pembimbingan lanjutan.
Ketiga, di dalam pembimbingan rohani, seorang youth pastor perlu menyediakan dirinya untuk mendengarkan kisah atau masalah yang dituturkan oleh kaum muda yang dibimbingnya. Dalam pembimbingan rohani, youth pastor perlu mendengarkan secara aktif agar dapat memahami apa yang sedang Allah kerjakan di dalam diri orang tersebut melalui masalah, penyakit, konflik, kelelahan, kehampaan hidup, kesibukan sehari-hari, sukacita, dukacita dan apapun yang ia utarakan. Jamieson menjelaskan hal ini sebagai berikut:
Krisis iman dan transformasi-transformasi adalah roti dan mentega yang bekerja untuk pembimbing-pembimbing rohani. Penyertaan dari seorang pembimbing rohani yang baik dalam melewati krisis iman sangatlah tidak ternilai. Saya percaya, mereka semua adalah sumber daya iman yang sangat besar bagi kita di dalam krisis-krisis iman, karena kita dapat menceritakan kisah kita sendiri dengan pembimbing kita, menerima peneguhan dan validasi untuk perjalanan kita dan diberikan buku-buku, doa-doa, puisi-puisi, gambar-gambar dan konsep-konsep yang spesifik untuk membawa kita melangkah lebih jauh. Mungkin, di atas semuanya, pembimbing-pembimbing rohani menarik kita untuk kembali melihat di mana Allah bersama kita dan di mana Allah sedang mengundang kita menuju pengalaman-pengalaman dan pemahaman-pemahaman yang baru.[22]
Sebab itulah dalam aktif mendengarkan ini, youth pastor perlu menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang baik dan tajam untuk orang tersebut menemukan tindakan-tindakan Allah di dalam dirinya. Di sinilah berpadu keahlian untuk mendengarkan, mengajukan pertanyaan dan kebijaksanaan.
Keempat, pembimbingan rohani meliputi pelayanan untuk saling mendoakan antara pembimbing dan yang dibimbing. Seperti yang diungkapkan oleh Benner, pembimbingan rohani adalah proses dimana dua orang menggunakan waktu bersama-sama untuk berdoa. Doa merupakan wujud dari penyerahan kepada kehendak Allah sekaligus pengakuan akan kehadiran Roh Kudus yang adalah pembimbing yang sejati.[23] Disinilah letak dari arah pembimbingan, yaitu mengikuti kehendak dari pembimbing sejati tersebut. Hal ini selaras dengan pemahaman bahwa kehidupan rohani adalah sebuah perjalanan (journey), sehingga tidak ada titik yang dapat dijadikan goal atau destinasi terakhir. Berkaitan dengan doa dalam konteks relasi, Andrew Root menjelaskan:
Maka, doa bukanlah sekadar latihan keagamaan melainkan persekutuan persahabatan dengan Allah melalui persahabatan di dalam doa dari satu orang dengan orang lainnya. Dan hanya ada satu respon yang bisa terjadi di dalam berbagi persahabatan, sukacita yang penuh rasa syukur… syukur merupakan respon terhadap hidup yang dibagikan, untuk mendapati hidup Anda didiami oleh orang-orang lain.[24]
Kelima, youth pastor harus menjadikan firman Tuhan menjadi pedoman dalam pembimbingannya. Sebagai pembimbing, ia perlu mengajarkan kaum muda yang dibimbingnya untuk memahami kehendak Allah melalui kebenaran firman Tuhan.[25] Kekaguman dan kecintaan youth pastor terhadap Alkitab dapat mendorong kaum muda untuk melakukan hal yang sama. Kisah Filipus dan seorang sida-sida dari Etiopia pada Kisah Para Rasul 8:26-40 dapat menjadi contoh dari sebuah pembimbingan rohani.
Dalam melakukan tugas pembimbingan di atas tentu perlu pengalaman yang berulang-ulang, dan berdasarkan pengalaman tersebut seorang youth pastor akan dapat memahami lebih lanjut bagaimana ia bisa melakukannya dengan tepat dan benar. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pembimbingan rohani adalah sesuatu yang dinamis dan tiap orang yang dibimbing memiliki karakteristik yang berbeda sehingga pembimbingan tersebut dapat memiliki kesulitan pembimbingan yang berbeda pula. Seperti yang diutarakan oleh Richard Foster, mengutip John Flavel:[26]
Dalam buku Keeping the Heart, John Flavel, seorang Puritan Inggris abad 17, mencatat bahwa "kesulitan terbesar dalam pertobatan adalah memenangkan hati bagi Allah; dan kesulitan terbesar setelah pertobatan adalah menjaga hati dengan Allah… Pekerjaan hati memang benar-benar suatu kerja keras." Ketika kita berurusan dengan pekerjaan hati, tindakan-tindakan eksternal jangan pernah menjadi pusat perhatian kita. Tindakan-tindakan luar merupakan sebuah hasil alami dari sesuatu yang sangat mendalam, jauh lebih besar.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Pelayanan pembimbingan rohani adalah pelayanan yang tidak dapat dipisahkan dari tugas penggembalaan seorang youth pastor. Melalui pembimbingan rohani, youth pastor mengembalikan fokus pelayanan kaum muda dari yang cenderung bersifat entertainment kepada nuansa kontemplatif yang terwujud di dalam percakapan dan doa.
2. Pada dasarnya pelayanan pembimbingan rohani bukanlah sesuatu yang baru diperkenalkan di dalam tugas para gembala (pastors). Menurut Peterson Kita hanya perlu mengatur ulang perspektif untuk melihat tindakan tertentu bernilai kekal dan bukan sementara, sebagai sesuatu yang esensial dan bukan tiba-tiba tanpa perencanaan.[27] Sehingga penting untuk melakukan pelayanan yang terencana mulai dari persiapan diri maupun strategi pendekatan yang memungkinkan terjadinya pelayanan pembimbingan rohani di dalam komunitas kaum muda.
3. Pembimbingan rohani adalah pelayanan yang dipelajari melalui pengalaman mengalami, sebab itu diperlukan keberanian dari seorang youth pastor untuk terus berusaha untuk mengeksplorasi kekayaan spiritualitas yang sangat kaya di dalam pelayanan ini.
Kepustakaan
Anderson, Keith R. dan Randy D. Reese. Spiritual Mentoring: A Guide for Seeking and Giving Direction. Downers Grove: InterVarsity, 1999.
Benner, David G. Sacred Companion (Sahabat Kudus): Menjadi Sahabat dan Pembimbing Rohani dalam Perjalanan Rohani yang Penuh Berkat. Diterjemahkan oleh Tim Literatur Perkantas Jawa Timur. Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2012.
Foster, Richard. “What is Spiritual Director?”Dalam Christianity Today, http://www.christianitytoday.com/ct/2009/january/26.29.html (diakses 25 Februari 2014).
Demarest, Bruce. Soul Guide: Following Jesus As Spiritual Director. Colorado Spring: NavPress, 2013. Edisi Kindle.
Elmore, Tim. Life Giving Mentors: A Guide for Investing Your Life in Others. Georgia: Growing Leaders, 2009. Edisi Kindle.
Jamieson, Alan. Chrysalis: The Hidden Transformation in the Journey of Faith. Colorado: Paternoster, 2007.
Johnson, Ben Campbell. Pastoral Spirituality: A Focus for Ministry. Philadelphia: Westminster, 1988.
Jones, W. Paul. The Art of Spiritual Direction: Giving and Receiving Spiritual Guidance. Nashville: Upper Room, 2002.
King, Mike. Presence-Centered Youth Ministry: Guiding Student Into Spiritual Formation. Downers Grove: InterVarsity, 2006.
Peterson, Eugene H. A Long Obedience in the Same Direction: Discipleship in an Instant Society. Downers Grove: InterVarsity, 2000.
Peterson, Eugene H. Working the Angels: The Shape of Pastoral Integrity. Grand Rapids: Eerdmans, 2000. Edisi Kindle.
Root, Andrew. Taking Theology to Youth Ministry. Grand Rapids: Zondervan, 2012. Edisi Kindle.
Root, Andrew. The Relational Pastor: Sharing in Christ by Sharing Ourselves. Downers Grove: InterVarsity, 2013.
[1] Andrew Root, Taking Theology to Youth Ministry (Grand Rapids: Zondervan, 2012) 38, edisi Kindle.
[2] Dengan demikian, sesuai penuturan Root, “Pelayanan kaum muda pada hakikatnya tidak berbeda dari pelayanan lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada tindakan-tindakan Allah untuk dan bersama orang muda.” Root, Taking Theology, 39, edisi Kindle.
[3] W. Paul Jones, The Art of Spiritual Direction: Giving and Receiving Spiritual Guidance, (Nashville: Upper Room, 2002) 9.
[4] Eugene H. Peterson, Working the Angels: The Shape of Pastoral Integrity (Grand Rapids: Eerdmans, 2000), edisi Kindle.
[5] Bruce Demarest, Soul Guide: Following Jesus As Spiritual Director (Colorado Spring: NavPress, 2013) edisi Kindle.
[6] David G. Benner, Sacred Companion (Sahabat Kudus): Menjadi Sahabat dan Pembimbing Rohani dalam Perjalanan Rohani yang Penuh Berkat, terj. Tim Literatur Perkantas Jawa Timur (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2012) 103.
[7] Keith R. Anderson dan Randy D. Reese, Spiritual Mentoring: A Guide for Seeking and Giving Direction, (Downers Grove: InterVarsity, 1999) 12.
[8] Richard Foster, “What is Spiritual Director?”, http://www.christianitytoday.com/ct/2009/january/27.30.html (diakses 25 Februari 2014).
[9] David G. Benner, Sacred Companion, 163.
[10] David G. Benner, Sacred Companion, 167.
[11] David G. Benner, Sacred Companion, 170-178.
[12] Keith R. Anderson dan Randy D. Reese, Spiritual Mentoring: A Guide for Seeking and Giving Direction (Downers Grove: InterVarsity, 1999) 12.
[13] Eugene H. Peterson, A Long Obedience in the Same Direction: Discipleship in an Instant Society (Downers Grove: InterVarsity, 2000) 16-17.
[14] Peterson, A Long Obedience, 18. Peterson memakai gambaran dari perjalanan ziarah tersebut dari Mazmur 120-134 yang digolongkan sebagai Mazmur yang dinyanyikan saat umat Allah melakukan Ziarah ke Yerusalem.
[15] Tim Elmore, Life Giving Mentors (Georgia: Growing Leaders, 2009) edisi Kindle.
[16] Ben Campbell Johnson, Pastoral Spirituality: A Focus for Ministry (Philadelphia: Westminster, 1988) 107.
[17] Bruce Demarest, Soul Guide: Following Jesus As Spiritual Director (Colorado Spring: NavPress, 2013) edisi Kindle.
[20] Richard Foster, “What is Spiritual Director?”, http://www.christianitytoday.com/ct/2009/january/26.29.html (diakses 25 Februari 2014).
[21] Mike King, Presence-Centered Youth Ministry: Guiding Student Into Spiritual Formation (Downers Grove: InterVarsity, 2006) 62.
[22] Alan Jamieson, Chrysalis: The Hidden Transformation in the Journey of Faith (Colorado Spring: Paternoster, 2007) 65.
[24] Andrew Root, The Relational Pastor: Sharing in Christ by Sharing Ourselves (Downers Grove: InterVarsity, 2013) 178.
[25] Dalam proses pembimbingan, youth pastor membuktikan kebenaran dalam 2 Timotius 3:16, bahwa Kitab Suci mampu mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan melatihnya untuk hidup dalam kebenaran.
[26] Richard Foster, “What is Spiritual Director?”, http://www.christianitytoday.com/ct/2009/january/26.29.html (diakses 25 Februari 2014).
[27] Eugene H. Peterson, Working the Angels: The Shape of Pastoral Integrity (Grand Rapids: Eerdmans, 2000) Edisi Kindle.
JUDUL ARTIKEL JURNAL "YOUTH WORKERS" (VOL.2 NO.1):
1. Pelayanan Kaum Muda dalam Tantangan dan Kesulitan - Astri Sinaga
2. Youth Pastor sebagai Pembimbing Rohani - Ronny Christian Lie
3. Peranan Komunitas dalam Proses Individuasi Remaja - Rosyeline Tinggi
4. Pengaruh Pola Asuh terhadap Fondasi Moral pada Remaja - Virginia Gunawan
Untuk Info dan Pemesanan: http://psppkmsttaa.blogspot.com/p/contact-us.html
JUDUL ARTIKEL JURNAL "YOUTH WORKERS" (VOL.2 NO.1):
1. Pelayanan Kaum Muda dalam Tantangan dan Kesulitan - Astri Sinaga
2. Youth Pastor sebagai Pembimbing Rohani - Ronny Christian Lie
3. Peranan Komunitas dalam Proses Individuasi Remaja - Rosyeline Tinggi
4. Pengaruh Pola Asuh terhadap Fondasi Moral pada Remaja - Virginia Gunawan
Untuk Info dan Pemesanan: http://psppkmsttaa.blogspot.com/p/contact-us.html